Penting, Sumbawa-NTB Jadi Daerah Lumbung Pangan Nasional

by -451 Views
SUMBAWA–Menteri Pertanian RI  beserta rombongan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Gubernur NTB, Bupati Sumbawa, jajaran pemerintah daerah, penyuluh pertanian, kelompok tani, pelaku usaha, dan mitra strategis lainnya. Acara ini berlangsung di Aula H. Madilaoe ADT Lantai III Kantor Bupati Sumbawa, Selasa (22/4). Kegiatan yang juga diikuti Kapolda NTB, Irjen.Pol Hadi Gunawan, SH, S.IK, Danrem 162/WB, Brigjen TNI, Moch. Sjajul Arif, S.Sos menjadi ajang diskusi serius untuk mendorong lahirnya kebijakan konkret demi peningkatan kesejahteraan petani jagung, khususnya di tengah tantangan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 5.500/kg dengan kadar air 14 persen yang dinilai masih menyulitkan petani.
Dalam sambutannya, Bupati Sumbawa, Dr. Ir. H. Syarafuddin Jarot, MP, menyambut baik rencana hilirisasi yang disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian. “Kami sangat berharap program hilirisasi jagung, seperti produksi sosis jagung, dapat dipusatkan di Sumbawa. Ini akan menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan kerja di daerah,” ungkapnya.
Bupati juga menyampaikan keprihatinan atas situasi di lapangan. Menurutnya, meski HPP ditetapkan, banyak pengusaha yang enggan membeli jagung dengan harga tersebut karena alasan kadar air. Padahal untuk mencapai KA 14 persen petani masih harus mengeluarkan biaya operasional tambahan, yang sangat membebani mereka.
“Atas nama para petani kami, saya telah menemui Kepala Bapanas (Badan Pangan Nasional) jajaran BULOG, dan Kementerian Pertanian di Jakarta. Kami tidak tinggal diam. Kami ingin petani kita tidak lagi menjadi korban pasar. Negara harus hadir,” tegasnya.
Dalam Rakor tersebut, bupati juga kembali menyuarakan harapan besar masyarakat Sumbawa agar Bendungan Kerekeh kembali dimasukkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). “Insya Allah tahun depan,” ucapnya optimis. Ia menyebutkan bahwa tahun ini beberapa program rehabilitasi sarana irigasi akan dijalankan, namun pembangunan bendungan tetap menjadi kebutuhan utama.
Menteri Pertanian RI, Dr. Andi Amran Sulaiman, dalam arahannya menegaskan pentingnya NTB, khususnya Sumbawa, sebagai daerah lumbung pangan nasional. Ia menyoroti budaya bertani masyarakat NTB yang kuat dalam menanam padi dan jagung sebagai modal besar menuju swasembada dan industrialisasi pertanian.
“NTB memiliki keunggulan komparatif. Sekarang saatnya bergerak eksponensial. Jangan hanya naik perlahan. Semua unsur harus punya mimpi yang sama,” ujarnya.
Pernyataan “bergerak eksponensial” yang disampaikan Mentan merupakan ajakan untuk tidak lagi bertumbuh secara lambat dan biasa-biasa saja. Harus melakukan lompatan besar dalam produktivitas, inovasi, dan sinergi lintas sektor. Artinya, daerah seperti NTB dan Sumbawa tidak cukup hanya menanam dan memanen, tapi harus masuk ke tahap hilirisasi, pengolahan industri, ekspor, hingga digitalisasi sektor pertanian. Semua unsur—dari pemerintah pusat dan daerah, petani, akademisi, swasta, hingga lembaga keuangan—harus menyatukan mimpi dan langkah, sehingga pertumbuhan sektor pertanian bisa berlipat ganda dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Lebih dari sekadar slogan, konsep ini juga diwujudkan lewat dukungan konkret berupa bantuan 500 unit pompa dan mesin pertanian untuk Sumbawa, serta komitmen BULOG untuk membeli hasil panen petani secara langsung. Ini diharapkan menjadi pemantik ekonomi lokal, memperkuat daya tawar petani, dan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) NTB secara signifikan.
Ia menutup sambutannya dengan mengajak semua pihak untuk bekerja keras, meninggalkan warisan besar (legacy) bagi masa depan NTB dan Indonesia, sebuah negeri yang berdaulat pangan dan bermartabat melalui kekuatan pertaniannya.(bia)Penting  Sumbawa, NTB Jadi Daerah Lumbung Pangan Nasional 
SUMBAWA–Menteri Pertanian RI DR.H Andi Amran Sulaiman, MP beserta rombongan Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Gubernur NTB, Bupati Sumbawa, jajaran pemerintah daerah, penyuluh pertanian, kelompok tani, pelaku usaha, dan mitra strategis lainnya. Acara ini berlangsung di Aula H. Madilaoe ADT Lantai III Kantor Bupati Sumbawa, Selasa (22/4). Kegiatan yang juga diikuti Kapolda NTB, Irjen.Pol Hadi Gunawan, SH, S.IK, Danrem 162/WB, Brigjen TNI, Moch. Sjajul Arif, S.Sos menjadi ajang diskusi serius untuk mendorong lahirnya kebijakan konkret demi peningkatan kesejahteraan petani jagung, khususnya di tengah tantangan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 5.500/kg dengan kadar air 14 persen yang dinilai masih menyulitkan petani.
Dalam sambutannya, Bupati Sumbawa, Dr. Ir. H. Syarafuddin Jarot, MP, menyambut baik rencana hilirisasi yang disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian. “Kami sangat berharap program hilirisasi jagung, seperti produksi sosis jagung, dapat dipusatkan di Sumbawa. Ini akan menciptakan nilai tambah dan membuka lapangan kerja di daerah,” ungkapnya.
Bupati juga menyampaikan keprihatinan atas situasi di lapangan. Menurutnya, meski HPP ditetapkan, banyak pengusaha yang enggan membeli jagung dengan harga tersebut karena alasan kadar air. Padahal untuk mencapai KA 14 persen petani masih harus mengeluarkan biaya operasional tambahan, yang sangat membebani mereka.
“Atas nama para petani kami, saya telah menemui Kepala Bapanas (Badan Pangan Nasional) jajaran BULOG, dan Kementerian Pertanian di Jakarta. Kami tidak tinggal diam. Kami ingin petani kita tidak lagi menjadi korban pasar. Negara harus hadir,” tegasnya.
Dalam Rakor tersebut, Bupati juga kembali menyuarakan harapan besar masyarakat Sumbawa agar Bendungan Kerekeh kembali dimasukkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). “Insya Allah tahun depan,” ucapnya optimis. Ia menyebutkan bahwa tahun ini beberapa program rehabilitasi sarana irigasi akan dijalankan, namun pembangunan bendungan tetap menjadi kebutuhan utama.
Menteri Pertanian RI, Dr. Andi Amran Sulaiman, dalam arahannya menegaskan pentingnya NTB, khususnya Sumbawa, sebagai daerah lumbung pangan nasional. Ia menyoroti budaya bertani masyarakat NTB yang kuat dalam menanam padi dan jagung sebagai modal besar menuju swasembada dan industrialisasi pertanian.
“NTB memiliki keunggulan komparatif. Sekarang saatnya bergerak eksponensial. Jangan hanya naik perlahan. Semua unsur harus punya mimpi yang sama,” ujarnya.
Pernyataan “bergerak eksponensial” yang disampaikan Mentan merupakan ajakan untuk tidak lagi bertumbuh secara lambat dan biasa-biasa saja. Harus melakukan lompatan besar dalam produktivitas, inovasi, dan sinergi lintas sektor. Artinya, daerah seperti NTB dan Sumbawa tidak cukup hanya menanam dan memanen, tapi harus masuk ke tahap hilirisasi, pengolahan industri, ekspor, hingga digitalisasi sektor pertanian. Semua unsur—dari pemerintah pusat dan daerah, petani, akademisi, swasta, hingga lembaga keuangan—harus menyatukan mimpi dan langkah, sehingga pertumbuhan sektor pertanian bisa berlipat ganda dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Lebih dari sekadar slogan, konsep ini juga diwujudkan lewat dukungan konkret berupa bantuan 500 unit pompa dan mesin pertanian untuk Sumbawa, serta komitmen BULOG untuk membeli hasil panen petani secara langsung. Ini diharapkan menjadi pemantik ekonomi lokal, memperkuat daya tawar petani, dan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) NTB secara signifikan.
Ia menutup sambutannya dengan mengajak semua pihak untuk bekerja keras, meninggalkan warisan besar (legacy) bagi masa depan NTB dan Indonesia, sebuah negeri yang berdaulat pangan dan bermartabat melalui kekuatan pertaniannya.(bia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.